Home » Renungan » Balada Empat Sahabat

Balada Empat Sahabat

Archives

Mas bro en mbak sista, Kali ini IKADUNK ingin bercerita tentang Balada Empat Sahabat yang tidak lain aku dan sahabat-sahabatku. Aku punya 3 orang sahabat. Sebut saja, nama sahabat-sahabatku itu A, B dan C. Kami dikenal sebagai Empat Sahabat.

Biarpun kami di kenal sebagai Empat Sahabat, tetapi hubungan kami tidak sekompak cerita Empat Sahabat yang ada di cerita Empat Sekawan jaman dulu. Kedekatanku dengan ke tiga sahabatku itu tidaklah sama. Aku sangat dekat dengan sebagian sahabatku itu dan ada sahabat yang sangat renggang hubungannya.

Suatu hari, aku harus menghadapi satu pengadilan besar yang aku sendiri tidak berani menghadapinya sendirian. Karena ketakutan itulah, aku memohon bantuan sahabatku.

Aku menghampiri sahabatku A. Pada A aku ceritakan masalahku. Aku ceritakan pengadilan besar yang harus ku hadapi. Mendengar ceritaku itu, sahabatku A hanya menggelengkan kepala keras-keras. “Maaf, aku tidak bisa membantumu sama sekali, menemanimu pun aku tidak bisa,” ucapnya. Kecewa? Pasti. Sangat kecewa malah. Sahabat yang paling dekat denganku, setiap aku berkunjung padanya justru tidak membantuku sama sekali.

Dengan lesu aku berlari pada sahabatku B. Dengan penuh harap aku ceritakan masalahku. Tanpa ku duga, sahabatku B juga menolak membantuku. “Maaf, aku tidak bisa menemanimu, apalagi membantumu,” ujarnya. Segala permohonanku tak bisa membuatnya menemaniku menghadapi pengadilan besar itu.

Dengan sedikit harapan yang tersisa, aku datang menghampiri sahabatku C. Dua sahabat terdekatku saja sudah tidak mau menemaniku, semoga sahabat C bisa membantuku. Pada C, kembali ku ceritakan tentang pengadilan yang harus ku hadapi. “Baiklah. Aku akan mengantarmu sampai pintu gerbang. Tetapi aku tidak bisa menemanimu menghadapi pengadilan itu,” katanya. Kekecewaan semakin menghimpit perasaanku.

Akhirnya, dengan gontai penuh keputus-asaan, langkahku terayun menuju sahabatku D. Sahabat yang selama ini paling sering aku tinggalkan. Sahabat yang paling jarang ku temui dan ku ajak bercengkrama. Dengan lemas, aku ceritakan masalahku padanya. Aku ceritakan pengadilan besar yang tengah menungguku dan aku sangat membutuhkan teman untuk menghadapinya. Tanpa ku duga, Sahabatku D mengangguk tegas. “Baik. Aku akan mengantarmu sampai gerbang pengadilan. Dan aku juga akan menemanimu menghadapi pengadilan besarmu itu.”

Mas bro en mbak sista, setelah kalian mengetahui ceritaku tadi, sekarang saatnya ku perkenalkan ke tiga sahabatku itu. Sahabatku yang terdekat, yang bernama A adalah hartaku. Sahabatku yang bernama B adalah Jabatanku, status sosialku. Sahabatku ketiga, yang bernama C adalah keluargaku. Dan yang terakhir, sahabatku yang bernama D, Dia adalah agamaku.

Demikian mas bro en mbak sista, cerita tentang Balada Empat Sahabat. Semoga bermanfaat.

Salam,

IKADUNK


2 Comments

  1. Ida Zulaedah says:

    Tiga sahabat yg selalu setia menemani setiap waktu menjadikan kita bangga akan kelemahan kita sendiri

Leave a reply to Ida Zulaedah Cancel reply